A. Biografi Singkat Abraham Maslow
Abraham Harold (Abe) Maslow lahir di Manhattan, New York, pada 1 April 1908. Abe menghabiskan masa kanak-kanaknya yang kurang bahagia di Brooklyn. Dia anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari Samuel Maslow dan Rose Schilosky Maslow. Kehidupan Maslow dipenuhi oleh rasa malu, rendah diri dan depresi. Maslow juga seorang yang ateis.
Ia belajar Hukum di College kota New York (CCNY), setelah tiga semester pindah ke Cornell, kemudian ia pidah ke CCNY lagi dan kemudian menikah dengan Bertha Goodman. Mereka memiliki dua anak perempuan.
Pada tahun 1930 Ia mendapat gelar BA, tahun 1931 mendapat gelar MA, kemudian pada tahun 1934 Ia mendapat gelar PhD semuanya dalam psikologi dari University of Wisconsin yang terakreditasi A. kemudian, ia kembali ke New York untuk bekerja dengan EL Thorndike di Columbia, dimana Maslow menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas manusia.
buku-buku Maslow mudah dibaca dan penuh ide-ide menarik. Yang paling terkenal adalah Menuju Psikologi Menjadi (1968), Motivasi dan Kepribadian (edisi pertama, 1954, dan edisi kedua, 1970), dan The Mencapai lebih lanjut dari Human Nature (1971 ). Ada banyak artikel, terutama dalam Journal of Humanistik Psikologi.
B. Hierarki kebutuhan
Teori kepribadian Maslow berdiri di atas sejumlah asumsi dasar tentang motivasi. Pertama, Maslow (1970) mengadopsi pendekatan humanism terhadap motivasi, yaitu: seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi. Kedua,motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa motif yang terpisah. Misalnya, hasrat untuk melakukan hubungan seks bisa dimotifasikan bukan hanya oleh kebutuhan genital, tetapi juga oleh kebutuhan untuk mendominasi, persahabatan, cinta dan harga diri. Dan juga motivasi tersebut ada yang disadari dan ada pula yang tidak disadari oleh individu tersebut. Ketiga, adalah manusia termotivasi secara terus-menerus oleh satu kebutuhan atau kebutuhan yang lainnya. Misalnya, selama kebutuhan rasa haus belum terpenuhi, manusia akan terus mencari minuman. Namun, ketika sudah cukup minum, merekan akan bergerak kekebutuhan yang lain, seperti rasa aman, dan harga diri.keempat adalah semua orang di manapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Kelima, adalah kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hierarki.
Hierarki kebutuhan Maslow berasumsi bahwa kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum ke tingkatan yang lebih tinggi lagi. Hierarki kebutuhan ini merupakan kebutuhan-kebutuhan konatif yang artinya adalah kebutuhan-kebutuhan ini memerlukan daya juang atau motivasi, atau yang sering disebut dengan kebutuhan-kebutuhan dasar. Misalnya, siapapun yang termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai atau aktualisasi diri, harus memenuhi trlebih dahulu kebutuhan akan makanan dan rasa amannya. Kalau begitu, rasa lapar dan rasa aman adalah potensi bagi pemenuhan kebutuhan untuk dihargai dan aktualisasi diri.
Maslow mendata kebutuhan-kebutuhan berikut berdasarkan potensinya: fisiologis, rasa aman, rasa dicintai dan dimiliki, rasa dihargai dan aktualisasi diri
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan paling dasar setiap orang adalah kebutuhan fisiologis seperti makan, rumah, pakaian, oksigen, dan lain sebagainya. Kebutuhan fisiologis merupakan potensi dasar dalam pemenuhan kebutuhan diatasnya. manusia yang lapar pasti akan selalu termotivasi untuk makan bukan untuk mencari yang lainnya yang tidak berhubungan dengan kebutuhan dan keinginannya.
Kebutuhan fisiologis bebeda dari kebutuhan lainnya dalam dua hal penting, yaitu:
Pertama, kebutuhan fisiologi adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi.
Kedua, kebutuhan fisiologi mempunyai hal yang khas yaitu pada hakikat pengulangannya.l
2. Kebutuhan akan rasa aman
Jika kebutuhan fungsional manusia sudah terpuaskan, mereka mulai termotivasi oleh kebutuhan akan rasa aman, ada termasuk rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungandan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, menyangkut rasa takut, rasa cemas, bahaya. Ini menjadi bagian dari kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan ini tidak sepenuhnya dapat terpenuhi karena orang tidak dapat sepenuhnya melindungi dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku yang berbahaya dari orang lain. Misalnya di negara yang tidak sedang terjadi perang, kebutuhan ini seolah-olah tidak penting. Sedangkan bagi mereka yang berada di negara perang , sehingga mereka termotivasi untuk memenuhi kebutuhan rasa aman.
Bagi mereka yang sangat mengharapkan rasa aman akan berusaha untuk memenuhinyadan jika tidak berhasil mereka akan menderita yng lebih sering dikenal dengan kecemasan dasar.
3. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai
Sebagai manusia yang dikaruniahi hati dan perasaan, pastilah kebutuhan akan hal ini juga perlu untuk dipenuhi. Dan sebagian kebutuhan fisiologis dan rasa aman manusia, mulai termotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki, seperti terwujud dalam dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki psangan dan keturunan, dan kebutuhan untuk melekat pada sebuah keluarga.
Seseorang yang kebutuhan cinta dan dimilkinya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Sebaliknya, dia memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima oleh orang-orang yang memang penting bagi mereka. Jadi, ketiaka orang lain menolak dirinya dia tidak akan hancur.
Kelompok kedua terdiri atas mereka yang tidak pernah merasakan pengalaman dicinta dan dimilikinya, karena itu tidak sanggup memberikan cinta pada orang lain. Dan mereka mungkin jarang atau tidak pernah dipeluk, ditimang-timang atau mengalami ungkapan cinta dari orang lain.
Kelompok ketiga, mencangkup orang-orang yang menerima sedikit saja rasa dicintai dan dimiliki karena hanya menerima cita rasa dari perasaan dicintai dan dimilki, mereka akan termotivasi, kuat untuk mencarinya. Dengan kata lain, manusia yang menerimanya sedikit saja porsi dicintai memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk disayangi danketimbang mereka yang menerima porsi dicintai dn dimiliki yang sehat.
Anak-anak memerlukan cinta agar dapat tumbuh sehat secara psikologis, dan upaya untuk memenuhi kebutuhan ini biasanya bersirat terang-terangan dan langsung. Orang dewasa juga memerlukan cinta, tetapi upayanya sering kali disamarkan dengan cerdik, meraka sering terlibat dalam perilaku mengalah seperti berpura-pura menuruti kemauan orang lain, atau mengadopsi cara bersikap yang sinis, dingin dan sadis. Dalam hubungan antar pribadi mereka. Sedangkan orang dewasa lain, yang kebutuhan dicintainya masih tidak terpuaskan dapat mengadopsi cara-cara yang lebih gambling dalam upaya mereka untuk memuaskannya. Namun, dengan bertindak demikian mereka hanya merusak keberhasilan itu sendiri. tuntutan konstan mereka untuk diterima dan disayangi membuat orang lain curiga, tidak bersahabat dan menjaga jarak.
4. Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan ini sangat berkaitan dengan reputasi dan harga diri, Reputasi adalah tentang prestise, pengakuan atau ketenaran yang berhasil dicapai seseorang di mata orang lain, sedangkan harga diri adalah perasaan seseorang terhadap keberhargaan dan keyakinann dirinya. Yang mencangkup penghargaan diri, keyakinan, kompetensi dan pengetahuan bahwa orang lain memandang mereka dengan perasaan menghargai. Karena dengan adanya penghargaan itu, seseorang telah diakui keberadaannya/statusnya di dalam lingkungannya.sehingga, orang itu telah siap memasuki tingkatan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri
Kebutuhan aktualisasi diri mencangkup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi semua potensi, dan keinginan untuk menjadi kreatif dalam makna atau sebenarnya (Maslow, 1970).
Dengan kata lain, para pengaktualisasi diri tidak bergantung pada pemuasan kebutuhan untuk dicintai dan dihargai. Namun, juga tergantung apakah mereka memiliki B-values atau tidak. Mereka menghargaisangat tinggi nilai-nilai, seperti kebenaran, keindahan, keadilan dan sebagainya untuk bisa meraih aktualisasi diri.
Sebagai tambahan bagi lima kebutuhan konatif ini, Maslow juga mengidentifikasi tiga kebutuhan dari kategori yang lain estetis, kognitif dan neurotik. Pemenuhan kebutuhan estetis dan kognitif konsisten dengan kesehatan psikologis, sementara deprivasi dari dua kebutuhan ini akan menghasilkan patologi. Sedangkan kebutuhan yang neurotik akan tetap mengarah pada patologi entah terpenuhi atau tidak. Dibawah ini akan dipaparkan tiga kebutuhan tambahan, antara lain:
a. Kebutuhan-kebutuhan estesis
Kebutuhan estetis tidak bersifat universal, karena hanya segelintir orang di setiap budaya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan secara estetis (Maslow,1967).
Orang dengan kebutuhan estetis kuat menginginkan lingkungan sekeliling yang indah dan teratur atau segala sesuatu hal yang baik.
b. Kebutuhan-kebutuhan kognitif
Sebagian besar orang memiliki keinginan-keinginan untuk mengetahui sesuatu, memecah misteri, memahami sesuatu, dan ingin menyelidiki sesuatu. Maslow (1970) menyebut keinginan-keinginan ini kebutuhan kognitif.
Maslow percaya bahwa pribadi yang sehat ingin tahu lebih banyak, berteori sesuatu, menguji hipotesis, menyingkatkan misteri atau menemukan bagaimana sesuatau bekerja hanya demi kepuasan mengetahui itu saja. Sedangkan orang yang tidak terpuaskan kebutuhan kognitifnya yang kekurangan akses informasi, dan yang sudah terbiasa berdalih untuk menutupi perasaan kekurangan ini, akan melihat bahwa rasa ingin tahu perlahan berubah menjadi racun patologis, sebuah patologi yang kemudian mengambil bentuk skiptisme, kenaifan, dan sinisme terhadap pengetahuan.
c. Kebutuhan-kebutuhan neurotik
Pada kebutuhan-kebutuhan neurotic, dia hanya mengarah pada stagnasi dan patologi tertentu. Kebutuhan neurotic bersifat nonproduktif. Kebutuhan ini mendesak pada gaya hidup yang tidak sehat dan tanpa nilai dalam perjuangan mereka untuk aktualisasi diri. Kebutuhan ini, sebenarnya bersifat reaktif, artinya sebagai kompensasi jika,kebutuhan-kebutuhan dasar tidak terpenuhi.
Misalnya, seseorang yang kebutuhan rasa amannya tidak terpuaskan, mungkin akan mengembangkan ssebuah hasrat menimbun uang. Dorongan ini adalah sebuah kebutuhan neurotic yang mengarah pada patologi.
Pribadi ini juga bisa menjalin hubungan dengan orang lain. Namun, hubungan itu bersifat neurotic, simbiosis yang lebih mengarah kepada hubungan yang patologis daripada cinta sejati.
C. Sifat dasar instingtif kebutuhan-kebutuhan
Maslow berhipotesis kalau manusia memiliki karakteristik tertentu yang selalu tetap meskipun perilakunya bisa di ubah lewat proses pembelajaran. Dia menyebut kebutuhan seperti ini sebagai kebutuhan-kebutuhan instingtif. Misalnya, seks. Seks adalah kebutuhan fisiologis, namun cara ekspresinya bergantung kepada proses pembelajaran.
Ada beberapa perbedaan antara kebutuhan yang instingtif dengan kebutuhan yang bukan, antara lain:
v Tingkat frustasinya adalah menghasilkan patologi.
v Bersifat memaksa dan pemenuhannya mengarah pada kesehatan psikologis
v Spesifik pembelajarannya hanya pada spesies manusia.
v Meskipun sulit diubah, kebutuhan instingtif dapat dibentuk, dihambat atau diubah lewat pengaruh-pengaruh lingkungan.
D. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan suatu kebutuhan akan pengembangan dan perealisasian terhadap potensi-potensi (bakat, minat, intelektual) agar dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Yaitu manusia yang diakui status keberadaannya, manusia yang mandiri, dan manusia yang mempunyai arti (beermanfaat) baik bagi dirinya, prang lain maupun lingkungannya.
Kriteria bagi Aktualisasi Diri
Ø Mereka bebas dari psikopatologi.
kriteria ini merupakan criteria negative karena beberapa individu neurotic dan psikotik juga mempunyai criteria yang sama dengan pribadi pengaktualisasian diri, seperti keterbukaan yang tinggi terhadap realitas, pengalaman-pengalaman mistis, kreatif dan tidak takut berbeda dengan orang lain.
Ø Pribadi pengaktualisasi diri bergerak maju melewati hierarki kebutuhan.
Ø Pribadi yang mengaktualisasikan memegang erat-erat B-Values. Mereka selalu menginginkan kebenaran, keindahan, keadilan, keefektifan, humor.
Ø Pengakualisasian diri
Pengeksploitasian sepenuhnya talenta diri, kapasitas, potensi dan sebagainya.
Nilai-nilai para pengaktualisasi diri
Maslow yakin bahwa manusia pengaktualisasi diri dimotofasikan oleh “kebenaran-kebenaran abadi”, yang disebut dengan B-Values. Namun, B-values bukan kebutuhan seperti makanan, tempat berteduh ataupun pertemanan. Maslow mengistilahkan B-Values sebagai “meta kebutuhan” (metaneeds) yang menunjukan bahwa ini tingkat tertinggi kebutuhan. Dalam pengaktualisasi diri juga memiliki motif-motif yang sering disebut metamotivasi.
Metamotivasi lebih dicirikan oleh perilaku ekspresif daripada perilaku mengatasi (coping). Metamotivasi ini merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa orang yang sudah terpenuhi kebutuhan dicintai dn memiliki penghargaan diri yang besar namun tidak bisa masuk kedalam gerbang aktualisasi diri, kerna mereka tidak memiliki B-Values. Karena hanya mereka yang memiliki B-Values dapat mengaktualisasikan diri, dan hanya mereka saja yang sanggup memiliki metamotivasi.
Maslow menidentifikasi b_values,
Nilai-nilai dari pribadi pengaktualisasi diri adalah:
Ø Kebenaran
Ø Kebaikan
Ø Keindahan
Ø Kemenyeluruhan atau transendensi dikotomi-dikotomi
Ø Kegairahan atau spontanitas
Ø Keunikan
Ø Kelengkapan
Ø Kesempurnaan
Ø Penyelesaian
Ø Keadilan dan keteraturan
Ø Keefektifan atau kesahajaan
Ø Totalitas atau kekayaan
Ø Kegigihan
Ø Humor atau kebermainan
Ø Kemandirian/otonomi atau
kecukupan diri.
B-Values yang hilang akan mengarah kepada patologi seperti halnya kekurangan makan menyebabkan kekurangan gizi, begitu pula jika menolak kebenaran manusia akan menderita paranoia. Misalnya, tanpa keadilan dan keteraturan mereka akan mengalami rasa takut dn cemas, tanpa permainan dan humor mereka akan menjadi kaku, keras dan mudah tersinggung. Deprivasi salah satu B-Values akan menghasilkan metapatologi atau ketiadaan filsafat hidup yang bermakna bagi dirinya.
Ciri-ciri pribadi pengaktualisasi diri
Maslow (1970) mendata 15 kualitas yang diperkirakannya ssebagai cirri prbadi pengaktualisasi diri minimal dalm derajat tertentu, yaitu:
è Memiliki persepsi yang lebih efisien terhadap realitas.
è Menerima diri sendiri, orang lain dan alam.
è Spontan, efektif dan alamiah.
è Focus pada masalah.
è Kebutuhan akan privasi.
è Kemandirian.
è Kesegaran dan kesinambungan dalam mengapresiasi
è Pengalaman puncak
è Kepedulian social
è Hubungan antar pribadi yang mendalam.
è Perilaku demokratis
è Kemampuan untuk memilah cara dan tujuan.
è Kepekaan filosofis terhadap humor.
è Kreatif.
è Mampu melawan enkulturasi.
E. Pengukuran aktualisasi diri
Ada tiga cara untuk mengukur aktualisasi diri, yaitu:
1. Dengan Tes Personal Orientation Inventory (POI) yang dikembangkan oleh Everett L. shostrom (1974). Tes ini untuk mengukur nilai dan perilaku pribadi dengan memberikan 150 pertanyaan yang pilihannya berlawanan jenis.
2. Dengan tes Short index of self actualization oleh Alvin & Rick (1986). Tes ini meminjam 15 pertanyaan dari POI yang dipandang paling berkolerasi erat dengan skor total aktualisasi diri.
3. Tes Brief index of self actualization yang dikembangan oleh John Sumerlin & Charles Bundrick (1996,1998). Tes ini mengandung 40 pertanyaan. Dari sini, index ini menghasilkan 4 faktor:
· Aktualisasi-Diri Utama, atau penggunaan potensi sepenuhnya.
· Otonomi .
· Keterbukaan pada pengalaman
· Rasa nyaman dengan kesendirian.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar